Istilah “pengalaman puncak” (peak experience) diperkenalkan oleh Abraham Maslow, seorang psikolog Amerika pencetus aliran Humanistik dalam psikologi. Maslow menggambarkan pengalaman puncak sebagai saat-saat diliputi perasaan khidmat, kebahagiaan yang mendalam, kegembiraan, ketentraman, dan ekstase. Orang-orang yang mengalami pengalaman puncak merasa lebih terintegrasi, lebih bersatu dengan dunia, lebih menjadi raja atas diri mereka sendiri, lebih spontan, kurang menyadari ruang dan waktu, lebih cepat dan mudah mencerap sesuatu, dan memiliki persepsi yang murni terhadap realitas. Ringkasnya pengalaman puncak adalah perasaan saat berada dalam kondisi terbaik, atau menurut Carl Rogers, juga seorang psikolog humanistik, pengalaman puncak adalah keadaan berfungsi secara penuh.
Pengalaman puncak, menurut Maslow, tidak mesti berhubungan dengan agama. Setiap orang bisa mengalaminya, dalam intensitas dan kadar yang berbeda-beda. Ada yang sering, ada yang jarang; ada yang berat, ada yang ringan. Pengalaman puncak bisa didapatkan misalnya ketika asyik bekerja, mendengarkan musik, memenangkan lomba, membaca cerita, bahkan saat mengamati matahari terbenam. Dihubungkan dengan agama, pengalaman puncak biasanya hadir berupa pengalaman mistik atau ekstase, seperti dialami para sufi. Orang yang sembahyang dengan khusuk dapat juga mengalami pengalaman puncak. Contohnya Ali bin Abi Thalib yang ketika salat, sampai-sampai tidak merasakan saat anak panah yang menancap di punggungnya dicabut.
Thanks for info
Wah psikologi pun sudah mulai membahas yang supranatural ya
Izin buat referensi kak, hatur nuhun 😁