
Makam ayahku di Pandeglang
Minggu kedua Agustus ini, aku merekam lagu berjudul “Seuntai Doa untuk Ayah”. rekaman dilakukan di studio Pasadama di Nusaloka BSD, dengan aransemen oleh Andri dan Leo dari grup band Mejiku.
Lagu ini pada mulanya tercipta sekitar tahun 2003 untuk mengenang ayahku yang meninggal dunia tahun 1997. Saat itu usianya 43 tahun, dan aku sendiri baru berusia 16 tahun, kelas dua SMA.
Ayahku adalah seorang guru SD di Pandeglang. Guru agama. Bersama ibuku, beliau juga membuka pengajian tiap habis magrib untuk anak-anak di kampung. Satu jejak baik yang tak bisa kutiru di masa dewasaku. Sedangkan ibuku sampai hari ini masih rutin mengajar ngaji anak-anak di kampungnya setiap habis magrib.
Berikut adalah lirik lagu “Seuntai Doa untuk Ayah”.
Seuntai doa ingin kukirimkan
Untuk ayahku tercinta
Semoga damai tetap bersamanya
Senyum Tuhan abadi di matanya
Wahai Pemilik Semesta
Jangan biarkan dia sendiri dalam gulita
Tak mungkin lagi kulihat matahari
Karena malam telah turun
Telah berlalu waktu untuk berbakti
Dalam gelap kuhanya tertegun
Ayah maafkanlah aku
Anakmu yang sering buat mendung di wajahmu
Dia yang kini kurindu
Tatapnya yang biru menyejukkan kalbu
Tiada yang dapat gantikan sosoknya utuh di mataku
Tinggallah kenangan berlalu bersama waktu
Kini tinggal penyesalan
Menggayuti jiwa gelisahkan hati
Tetapi ia telah pergi tak mungkin akan kembali
Sedang ku tiada pernah sempat memberi bakti
Malam sampaikan pada mimpi pesanku
Tolong hadirkan ayahku
Biar sejenak aku ingin bertemu
Agar rindu tercurah maaf terkata
Tuhan buatkan untuknya
Tempat yang terang lapang di sisi-Mu
Tuhan siapkan untuknya
Tempat yang tenang nyaman di dekap-Mu
Hasil rekaman lagu dalam format MP3 bisa didengarkan di Soundcloud.
Selamat menikmati. []